
Alhasil, puluhan porsi Gule Bustaman setiap hari ludes disantap pelanggan serta wisatawan yang datang di Kota Lama. Dijual dengan harga per porsi Rp 30 ribu belum termasuk nasi putih dan air minum, sekurangnya 1 ekor kambing harus dipotong untuk memenuhi hasrat kulineri pelanggan.
Kampung Bustaman
Sejarah Gule Bustaman sendiri tak bisa dilepaskan dari keberadaan Kampung Bustaman, yang berada sekitar 1 Km dari Kota Lama. Kampung ini sejak dulu banyak dihuni para penjagal hewan yang bertugas menyembelih ternak seperti kambing, sapi dan kuda.
Nama kampungnya diambil dari nama Kiai Kertoboso Bustam yang merupakan kakek buyut dari pelukis legendaris Indonesia, Raden Saleh. Nama Bustaman berkembang sejak penjajahan Belanda.
Berangkat dari jagal itulah, beberapa warga mengembangkan bisnis menjadi penjaja gule atau juga bisa disebut gulai. Dan kekhasan rasa Gule Bustaman itu pulalah yang menguatkan Semarang sebagai salah destinasi wisata yang kaya khasanah budaya dari hasil akulturasi Jawa, Arab, China dan Belanda.
Mau mencoba? Datanglah sekitar pukul 09.00-15.00 setiap harinya di Jalan Garuda belakang Gereja Blenduk kawasan Kota Lama. Selamat mencicipi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News