Mandi Safar, Ritual Ungkapan Syukur Masyarakat Kampung Terih

Mandi Safar, Ritual Ungkapan Syukur Masyarakat Kampung Terih - GenPI.co
Ritual Mandi Safar masyarakat Kampung Terih, Nongsa, Batam.

Di antara warga yang mendapat kesempatan mewakili siraman adalah remaja dan anak-anak. Mereka diguyur dengan air beras di bagian kepala, lalu dibasuh mukanya dengan air beras.

'Si penyiram' membacakan doa dan harapan-harapan yang disaksikan dan diaminkan warga.

"Semoga rejekinya lancar," ucap 'si penyiram' yang kala itu dipercayakan secara simbolis dari perangkat pemerintahan kecamatan Kampung Terih.

Seno, salah seorang yang dituakan di Terih mengatakan masyarakat Terih menggunakan beras yang sudah ditumbuk, dicampur daun limau (jeruk), air lani dan kayu ulin untuk campuran air siraman itu. Seno menyebutnya 'Air Bedak Lani'.

"Beras itu sebagai simbol kesucian, air lani adalah darah dan daun limau adalah keharuman, kami berharap mendapatkan kesucian dan nikmat yang lebih banyak,” kata dia berharap.

Seno melanjutkan, tradisi Mandi Safar punya makna yang sangat mendalam. Terutama sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia Allah SWT.

 “Selama ini nelayan melaut, apa gunanya laut untuk kita? jadi kami bersyukur kepada Allah karena telah menikmati karunianya dari laut,” kata dia.

Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga bertujuan untuk memperat silaturahmi masyarakat setempat. Pada penutupan acara Mandi Safar, masyarakat Kampung Terih menggelar makan bersama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya