
"Selain itu ada beberapa bangunan bersejarah lainnya yang tak boleh luput dari kunjungan, seperti Rumah Pek Sin Kek, Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto, Gereja Katolik Santa Barbara, Gedung Koperasi UPO dan Gedung Kantor Pusat UPO. Kesemuanya berada di area yang berdekatan dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki saja," ungkap Iyung.
Sawahlunto merupakan daerah penghasil batu bara sejak jaman pendudukan Belanda. Namanya terangkat karena W H de Greve berhasil menemukan potensi batu bara kota di ini pada sekitar tahun 1867.
Sejak saat itu Belanda memusatkan perhatian pada Sawahlunto dengan melakukan invasi pengerukkan perut bumi guna mencari batu bara. Material logam ini menjadi pasokan energi utama bagi Belanda. Pembukaan lahan-lahan tambang dan perekrutan buruh tambang secara paksa pun menjadi bagian dari sejarah kelam Sawahlunto.
"Dan sisa sejarah tersebut bisa ditemui melalui beberapa bangunan penting yang menjadi saksi bisu di masa lalu. Ini semua terus dikembangkan dan dipromosikan. Salah satunya lewat Sawahlunto International Musik Festival (SIMFes). Yang tahun ini dilaksanakan tanggal 19 hingga 22 Oktober," terang iyung.
Menurutnya, saat ini aksebilatasnya juga cukup mumpuni. Jika ingin mengunjungi Kota Sawahlunto, Anda bisa mendaratkan diri terlebih dahulu di Bandar Udara Minangkabau di Kota Padang.
Dari sana bisa menyewa kendaraan bermotor untuk menghampiri Sawahlunto. Kira-kira butuh tiga jam perjalanan. Sepanjang perjalanan Anda akan disuguhkan pemandang yang spektakuler. Bahkan Anda dapat melihat Kota Padang dari ketinggian.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News