
GenPI.co – Lebaran ketupat atau bakdo kupat adalah tradisi masyarakat Jawa Tondano (Jaton) yang mulai menyebar ke berbagai daerah di Gorontalo. Tradisi tua ini merupakan bawaan para kombatan Perang Jawa yang diasingkan ke Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Dalam perkembangannya, masyarakat Jaton menyebar ke berbagai daerah. Mereka juga membawa tradisi leluhurnya seperti bakdo kupat.
Bagi warga Jaton, Bakdo Kupat merupakan lebarannya orang yang telah menunaikan puasa sunah syawal. Mereka membuat ketupat dengan lauk yang lezat. Saat menikmati ketupat ini para sanak saudara diundang untuk makan bersama-sama. Kehadiran para saudara ini menambah kenikmatan tersendiri, apalagi banyak yang berasal dari luar kota. “Ketupat itu merupakan rangkaian janur yang dianyam, menjadi kuat dan berfungsi sebagai wadah beras saat direbus,” kata Nelson Pomalingo, Bupati Gorontalo, saat bersilaturahymi ke Kampung Yosonegoro, Rabu (12/6).
Baca juga :
Selebgram Ini Bikin Ucapan Idul Fitri, Netizen Auto Emosi
Mudik Epik Gak Pake Macet, Netizen Sebut Jokowi Dzolim
Wahai Netizen, Tanya Bumbu Opor Ayam Itu ke Ibumu Bukan ke Google
Rangkaian janur ini melambangkan kekuatan persaudaraan dan persatuan, saat menyajikan hidangan ini, sanak saudara datang untuk bersilaturahmi yang memperkuat rasa persatuan. Makna dan nilai bakdo kupat ini harus mampu dipahami oleh generasi penerus, kaum muda Gorontalo.
Kunjungan Nelson Pomalingo ke desa budaya Yosonegoro ini untuk mengunjungi sejumlah tokoh masyarakat Jaton. Dalam rombongannya terdapat Sekda Hadijah Tayeb yang juga seorang warga Jaton. “Alhamndulillah, syukuran ketupat berlangsung terus-menerus di Gorontalo. Budaya ini adalah budaya Jawa Tondano, “ ujar Nelson Pomalingo.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News