
Perupa lainnya datang dari sejumlah kota di Indonesia. Di antaranya Ch Sapto Wibowo (Lampung), Hkamuya Murti (Jakarta), Muhamad Basuki (Surabaya), Teguh Prihadi dan Podang Suroto (Solo) serta Faisal Budiharso (Magelang).
Wali Kota Yogya 2001-2011 Herry Zudianto membuka pameran ini pada Sabtu (8/6) pukul 19.00 WIB. Pembukaan pameran akan diwarnai penampilan musik gamelan anak, binaan salah satu peserta pameran, Fahrur Rozi.
Baca juga: Jogja Jadi Lokasi FIlm Dokumenter Netflix Bertajuk Street Food
Handaya Murti - Kanca Ngamen
Ketua Panitia Pameran Tri Wiyono mengatakan tema Godhong Suruh diambil untuk merefleksikan situasi aktualitas maupun kondisi kelompok Termos’85 sendiri. “Daun sirih mempunyai dua sisi yang berbeda. Di sisi atas berwarna hijau tua dengan permukaan glossy. Di sisi bawah berwarna hijau keputih-putihan, dengan permukaan dof. Walaupun kedua sisi lumah lan kurepe berbeda, godhong suruh tidak terbelah. Ia sepakat manunggal untuk memformulasikan kandungan rasa yang sama,” ujar Tri Wiyono.
Guru seni pada satu SMK ini menambahkan godhong suruh juga dipakai untuk menggambarkan hubungan antar saudara sinarah wadi. Hubungan saudara istimewa. Jika yang satu dicubit, yang lain ikut merasa sakit. Seperti hubungan istimewa antara Kresna dan Arjuna dalam pewayangan. Selain itu, godhong suruh juga dipakai untuk menggambarkan hubungan antara suami dan istri, yang berbeda latar belakang dan fisiknya, tapi saling melengkapi untuk mewujudkan cita-cita bersama.
Tri Wiyono pun kemudian menegaskan tujuan pameran. “Pameran ini digelar antara lain agar dapat udhu-udhu klungsu, walaupun sangat sedikit ikut urun-urun (berkontribusi), untuk menjaga agar yang berbeda tidak terbelah, yang terluka tidak menganga dan yang susah sedikit terhibur. Paling tidak mulai dari kelompok Termos’85,” ujarnya.
Teguh Prihadi (Solo) - Kibarkan di Tempat Yang Tinggi
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News