Berita kisah mualaf terkini : Kisah Mualaf: Keluarga...

Suatu hari aku masuk SMA dan melihat kakak kelas perempuanku sedang mengambil wudhu. Menurutku, wajahnya sangat bersinar setelah melakukan wudhu.

Awalnya aku bisa menjadi mualaf itu karena mendengar lantunan ayat suci Al Quran. Aku merasakan hal yang luar biasa saat itu.

Sejak SD aku suka penasaran dengan iklan khas Ramadan di televisi yang selalu bersambung. Dari situ aku belajar Islam

Di rumah, kedua orang tuaku juga memberi semangat untuk berpuasa. Mereka senang sekali ketika aku membaca Al-Quran di rumah.

Perjalanan saya memeluk Islam penuh dengan cobaan. Hingga hari ini saya ditentang oleh keluarga.

Aku adalah seseorang yang menghabiskan masa remaja dengan menjadi ateis. Kini aku memilih Islam sebagai jalan hidupku

Menjadi seorang mualaf tidaklah mudah bagiku, terlebih aku lahir di keluarga yang cukup menentang adanya perbedaan.

Selama menjadi seorang mualaf, Ramadan adalah saat-saat yang menantang bagiku. Semua berawal dari panggilan hati

Keputusan menjadi mualaf berawal saat ibuku menikah lagi dengan papa sambung yang seorang muslim.

Selama aku berpacaran dengannya, aku melihat dia sungguh taat dalam menjalankan tugasnya sebagai muslim.

Awalnya aku mengakui begitu berat menjadi mualaf, karena posisinya pada saat itu aku hidup di jalanan.

Awal mula pacaran, kami cukup terbuka terkait pembahasan soal agama. Namun, aku khawatir karena dia mengaku ingin pindah agama karenaku.

Berawal dari satu tahun yang lalu, aku bertemu dambaan hati yang merupakan seorang laki-laki muslim taat.

Permulaan aku memeluk Islam adalah saat aku mendengar suara seseorang mengaji dari toa masjid dekat rumah.

Menjadi seorang mualaf tidaklah mudah bagiku, terlebih aku lahir di keluarga yang cukup menentang perbedaan.