SUCCESS STORY

Petani Milenial Hidroponik, Omzetnya Bikin Geleng-geleng Kepala

Petani Milenial Hidroponik, Omzetnya Bikin Geleng-geleng Kepala - GenPI.co
Lia Dahlia (foto: SC YouTube Kementerian Pertanian RI)

 

“Lia Dahlia merupakan mahasiswa lulusan Universitas Budi Luhur yang memilih untuk menjadi petani hidroponik yang dikenal dengan kebun hidroponik Blu-Farm di Kota Bogor,” unggah Instagram @kementerianpertanian belum lama ini.

Dikemukakan, wanita berhijab tersebut hanya menggunakan lahan terbatas untuk pertanian hidroponik, yaitu berukuran 20m x 20m.

Namun disokong dengan teknologi yang cukup canggih, hasil yang diperoleh Lia sangat mencengangkan.

Dalam menjalankan usahanya, Lia juga melibatkan warga sekitar yang tekena dampak pandemi untuk menjadi karyawan di greenhouse Blu-Farm yang dikelolanya.

Awalnya, setelah menjadi sarjana, Lia dan sejumlah temannya disordkan untuk mengelola Greenhouse Aquaponik yang ketika itu tak terurus.

Tentu saja mereka sempat kebingungan, karena sama sekali belum punya pengalaman dalam mengelola tanaman hidroponik. 

Lia pun mencari sejumlah orang yang bisa memberinya pengetahuan soal hidroponik.

"Untuk pengelolaan awal-awal pun kami tak tahu. Rockwool aja kami tidak tahu. Ternyata untuk si media tanamnya. Pokoknya kami benar-benat mulai dari nol," kata Lia dikutip dari kanal YouTube Kementerian Pertanian RI.

Setelah memahami cara berkebun hidroponik, mereka pun mulai bertani di rumah kaca hidroponik yang disodorkan ke mereka.

"Nah, dari situ, kami dipercaya untuk kelola ini sampai sekarang," ujarnya.

Dia mengatakan hasil tanaman secara hidroponik, antara lain sayuran, akan memiliki lebih banyak keunggulan dibanding sistem tanam biasa. Termasuk soal kualitas.

"Penanaman bisa lebih singkat, dibanding yang konvensional. Untuk rasa juga sudah pasti beda. Kualitas daun, kalau yang biasa kan ada yang bolong lah, bekas ulat, atau rusak," ujar Lia membandingkan.

Sementara itu, jika menanam dengan sistem hidroponik, diperoleh panenan dengan daun yang bersih.

“Contoh kayak kangkung atau bayam, 15 hari sudah langsung panen," ungkapnya.

Selain fokus melakukan penanaman hidroponik, Lia Dahlia juga sudah mulai melakukan pelatihan bagi orang lain yang ingin mengetahui ilmu hidroponik.

"Karena sistem pertanian ini bisa dilakukan di pekarangan rumah, meski memiliki lahan terbatas.

BACA JUGAPemuda Ini Sukses Membangun Usaha Kafe yang Asri untuk Milenial

Terpenting kena matahari. Karena budidaya hidropoik membutuhkan matahari yang maksimal.

Dengan sistem nutrient film technique (NFT), Lia menanam sawi-sawian, seperti caisim, pakcoy, dan sejumlah sayuran lainnya. Selain itu ada juga buah-buahan.

Dia juga sangat memperhatikan kondisi greenhouse yang memiliki teknologi mendukung.

Greenhouse atau rumah kaca yang digunakannya, antara lain dilengkapi dengan kipas angin yang menyala secara otomatis, sesuai dengan suhu yang diinginkan.

Karena ditopang dengan teknologi canggih, Lia mengatakan modal awal untuk mendirikan greenhouse sampai ratusan juta rupiah.

Namun dengan untung yang diperoleh, kebutuhan modal awal sudah kembali. Bahkan dia siap membukan lahan baru.

"Modal awal untuk greenhouse ini Rp 500 juta. Untuk modal sudah kembali, kami tinggal memperluas lahan untuk bisa merekrut orang-orang di sekitar sini saja," harap Lia Dahlia. 

Untuk pemasarannya hasil pertaniannya, Lia membidik konsumen yang membutuhkan sayuran untuk dimasak harian yang bisa diberikan layanan antar lewat pemesanan secara online.

Hasil pertaniannya juga telah dijual di sejumlah toko modern, seperti supermarket.

"Kami juga menerima untuk pembuatan suvenir pernikahan, kayak paket sayur. Atau untuk packing lain yang sesuai keinginan customer," ujar Lia. (*)

Petani Milenial Hidroponik, Omzetnya Bikin Geleng-geleng Kepala
Greenhouse Blu-Farm (foto: SC YouTube Kementerian Pertanian RI)

Simak video menarik berikut:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya