
Dia juga mengatakan, bahwa isu radikal dan taliban cukup panas untuk menyerang KPK.
Namun menurut Novel, masyarakat Indonesia bukanlah orang bodoh yang mampu termakan isu fitnah.
"Yang menyedihkan beberapa waktu terakhir, gunakan isu radikal-taliban dianggap mereka cukup efektif, karena cukup banyak orang yang termakan dengan isu tersebut," beber Novel Baswedan.
Namun menurut Novel, setelah sekian lama dan diulang-ulang penggunaan isu tersebut, rasanya masyarakat makin paham.
"Upaya mengganggu dan menyerang pemberantasan korupsi dilakukan dengan segala cara, termasuk dengan cara membuat fitnah dan narasi-narasi seperti itu," kata Novel Baswedan.
Kendati begitu, Novel tidak menyimpulkan isu radikal dan taliban kembali muncul untuk menghambat penanganan kasus bansos covid-19 di Kemensos dan kasus ekspor benur di KKP.
"Itu mesti diteliti lagi agar statement-nya objektif. Karena biasanya mereka tidak hanya melempar isu saja, tapi juga kondisikan agar seolah banyak dibahas. Termasuk gunakan robot medsos. Tapi itu ahli yang bisa jelaskan," ujar Novel Baswedan.
Sebelumnya, dia juga menganggap enteng isu radikal dan taliban tersebut. Menurutnya, kedua isu yang panas itu sudah tidak relevan lagi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News