
Brigadir Hilmi datang dengan pakaian sipil. Dia seperti tidak betah berada di ruang karaoke itu. Orangnya tenang dan awas. Bicara sangat berhati-hati.
Dia menyalami dan memeluk kami satu per satu. Seperti ingin mengatakan dengan pelukan itu, tolong rahasiakan pertemuan ini, dan dia percaya sepenuhnya pada kami.
”Saya tak pernah bicara langsung ke media. Karena memang bukan bagian dari tugas saya. Jadi, teman-teman, cerita saya hari ini tidak untuk diberitakan ya. Semuanya off the record. Tapi, saya harus menyampaikan ini pada teman-teman Dinamika Kota. Saya baca hanya surat kabar kalian yang tak percaya apa yang disampaikan polisi,” Brigadir Hilmi bicara langsung ke pokok persoalan.
BACA JUGA: Catatan Hasan Aspahani: Kode Etik, Siapa Membunuh Putri (21)
Tak banyak dia berbasa-basi. Sambil bicara dia bergiliran memandangi kami satu per satu, seperti menganalisis apakah kami percaya dengan omongannya.
Tentu saja kami percaya. Brigadir Hilmi dan dua penyidik lainlah yang pertama memasuki rumah AKBP Pintor, tempat kejadian perkara pembunuhan Putri.
BACA JUGA: Mendag Zulkifli Hasan Beri Kabar Baik untuk Indonesia, Semua Warga Harus Tahu
Menurut laporan dan berita acara pemeriksaan yang dijadikan dasar persidangan, Putri dibunuh di kamar tidur. Itu fakta yang tak benar.
Ia menemukan bekas-bekas dan jejak pembunuhan di ruang tengah.
BACA JUGA: Catatan Hasan Aspahani: Jangan Mengadu Domba, Siapa Membunuh Putri (20)
Lalu ada bekas darah dari tubuh yang diseret di lantai mengarah ke kamar.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News