
Ini memberi Sloper ide. Jika orang Indonesia bisa memanen buah kopi dari kotoran musang, dia bisa melakukan hal yang sama dengan kotoran burung Jacu.
“Saya menyadari bahwa saya dapat mencoba sesuatu yang serupa dengan Camocim dan burung Jacu, tetapi ide itu hanya setengah dari pertempuran,” kata de Araújo kepada Petani Modern dalam pernyataannya seperti dilansir dari Oddity Central, Minggu (7/2/2021).
Lebih lanjut, menurutnya bahwa tantangan sebenarnya terletak pada meyakinkan para pemetik kopi, singga mereka mencoba dengan berburu kotoran burung itu.
Rupanya, Sloper harus mengubah perburuan kotoran burung Jacu menjadi perburuan harta karun bagi para pekerja, memberi mereka insentif finansial untuk menemukan sejumlah biji kopi yang dikeluarkan. Tidak ada cara lain untuk mengubah pola pikir mereka.
Namun, mengumpulkan kotoran burung Jacu hanyalah awal dari proses yang sangat melelahkan. Biji kopi kemudian harus dikeluarkan dari kotorannya dengan tangan, dicuci, dan dikupas dari selaput pelindungnya.
Pekerjaan melelahkan inilah yang membuat kopi burung Jacu jauh lebih mahal dari pada jenis kopi lainnya, tetapi itu bukan satu-satunya.
Henrique Sloper de Araújo memuji burung Jacu atas rasa yang luar biasa dari kopi gourmetnya, karena mereka hanya makan ceri kopi paling matang dan paling matang yang mereka temukan, sesuatu yang dia amati secara langsung.
“Saya melihat saat burung Jacu memilih hanya buah beri yang paling matang, menyisakan lebih dari setengahnya, bahkan yang terlihat sempurna untuk mata manusia,” kata pemilik Camocim Estate itu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News