
GenPI.co - Mantan penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner dan politisi Georgia serta pendukung penindasan anti-pemilih Stacey Abrams telah dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian.
Kushner merupakan menantu mantan Presiden Donald Trump, dan mantan utusan Timur Tengah Avi Berkowitz dinominasikan atas perannya dalam menegosiasikan empat kesepakatan normalisasi antara Israel dan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko.
BACA JUGA: Situasi Memanas, 400 Anggota Parlemen Myanmar Ditahan Militer
Pakta ini dikenal sebagai "Abraham Accords" dan dalam beberapa kasus, seperti dengan UEA dan Maroko, meresmikan hubungan yang ada. Dia juga membuka jalan bagi kesepakatan senjata besar dengan UEA, yang mendapat kecaman keras dari para legislator.
Sementara, pesaingnya Abrams dikreditkan dengan meningkatkan jumlah pemilih tahun lalu dan membantu Biden memenangkan kursi kepresidenan Amerika Serikat.
“Pekerjaan Abrams mengikuti jejak Dr Martin Luther King Jr dalam memperjuangkan kesetaraan di depan hukum dan hak-hak sipil,” Lars Haltbrekken selaku anggota Parlemen Norwegia dari Partai Sosialis, seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (2/2/2021).
Orang kulit hitam di AS telah lama menghadapi rintangan di kotak suara, tetapi kelompok Fair Fight Abrams bekerja untuk mendaftarkan ribuan dan mengumpulkan 100 juta dolar setelah gagal mencalonkan diri sebagai gubernur Georgia pada 2018.
Abrams mengklaim dia kalah dalam pemilihan karena penindasan pemilih dan diperkirakan akan melakukan pencalonan lagi pada tahun 2022. Karyanya telah menginspirasi para ahli strategi Republik saingannya untuk mengatur upaya-upayanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News