AS Berusaha Keras agar Vladimir Putin Tidak Menggunakan Senjata Nuklir di Ukraina

AS Berusaha Keras agar Vladimir Putin Tidak Menggunakan Senjata Nuklir di Ukraina - GenPI.co
Presiden Vladimir Putin secara serius mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir untuk menghindari kerugian besar di medan perang. (Foto: Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via Reuters)

GenPI.co - Presiden Vladimir Putin secara serius mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir untuk menghindari kerugian besar di medan perang, jurnalis Bob Woodward melaporkan dalam buku barunya, "War."

Dilansir AP News, pasalnya beberapa bulan setelah perang Rusia di Ukraina, Amerika Serikat mendapat laporan intelijen yang menunjukkan "percakapan yang sangat sensitif dan kredibel di dalam Kremlin".

Intelijen AS menunjukkan peluang 50% bahwa Putin akan menggunakan senjata nuklir taktis jika pasukan Ukraina mengepung 30.000 tentara Rusia di kota selatan Kherson, kata buku itu.

BACA JUGA:  AS Bersama Microsoft Gagalkan Peretas Rusia yang Membidik Pejabat dan Lembaga Nirlaba

Hanya beberapa bulan sebelumnya, di timur laut, pasukan Ukraina telah mengejutkan Rusia dengan merebut kembali Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, dan berputar arah untuk membebaskan Kherson, yang berlokasi strategis di Sungai Dnieper tidak jauh dari Laut Hitam.

Penasihat keamanan nasional Jake Sullivan menatap "dengan ngeri" pada penilaian intelijen, yang digambarkan berasal dari sumber dan metode terbaik, pada akhir September 2022, tujuh bulan setelah invasi Rusia, kata buku itu.

BACA JUGA:  Kosovo Sebut Kemenangan Perang Rusia Ancam Perdamaian Selama 25 Tahun di Balkan

Hal itu menimbulkan kekhawatiran di seluruh pemerintahan Biden, meningkatkan peluang Rusia menggunakan senjata nuklir dari 5% menjadi 10% menjadi 50%.

Menurut keterangan Woodward, Presiden Joe Biden meminta Sullivan untuk "berkomunikasi dengan Rusia. Beri tahu mereka apa yang akan kami lakukan sebagai tanggapan."

BACA JUGA:  Rusia Menyerang Ukraina dengan Pesawat Nirawak dan Rudal

Ia mengatakan agar menggunakan bahasa yang mengancam tetapi tidak terlalu kuat, kata buku tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya