
Perpecahan politik telah menyebabkan negara berpenduduk 6 juta jiwa itu tidak memiliki presiden atau pemerintahan yang berfungsi selama lebih dari dua tahun, memperdalam rasa ditinggalkan secara nasional yang menjangkau masyarakat yang menjadi tumpuan negara itu dalam keadaan darurat.
“Kami tidak punya kemampuan, tidak punya logistik,” kata Arkadan. “Kami tidak punya sarung tangan, tidak ada alat pelindung diri.” (*)
BACA JUGA: Spanyol Minta Warganya Segera Meninggalkan Lebanon
Jangan lewatkan video populer ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News