
“Situasi yang memburuk ini disebabkan oleh penambang ilegal dan pemukim ilegal yang mengorbankan pemilik tanah tradisional dan menggunakan kekerasan untuk meneror masyarakat setempat,” kata Manning dalam sebuah pernyataan.
Tambang emas New Porgera di dekatnya telah menghentikan sebagian besar operasinya karena kekerasan hingga setidaknya hari Kamis.
"Selama 24 jam terakhir, eskalasi signifikan dalam pertikaian antarsuku telah berdampak pada banyak karyawan lokal kami. Rumah-rumah hancur, keluarga dan teman-teman terluka atau terbunuh, dan orang-orang tidak dapat tidur karena hidup dalam ketakutan," kata Manajer Umum New Porgera James McTiernan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
BACA JUGA: Penyelidik PBB Tuduh Israel Lakukan Kampanye Kelaparan di Gaza, Netanyahu Membantah
“Saya sangat sedih dengan peristiwa yang menghancurkan ini dan sangat berharap agar pemerintah segera memulihkan perdamaian di lembah ini,” imbuh McTiernan.
Gubernur Enga Peter Ipatas menggambarkan kekerasan di lembah itu sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
BACA JUGA: PBB Memperingatkan Kondisi Sangat Rapuh di Pembangkit Listrik Zaporizhzhia Ukraina
“Situasi ini mengerikan. Kami telah menyaksikan nyawa orang tak berdosa melayang dan harta benda hancur dalam hitungan hari. Situasi saat ini tidak dapat dibiarkan terus berlanjut,” kata Ipatas dalam sebuah pernyataan.
Tim manajemen bencana yang dipimpin oleh pemerintah nasional dan Program Pembangunan PBB akan bertemu di ibu kota nasional, Port Moresby, pada hari Selasa untuk mengoordinasikan respons kemanusiaan di lingkungan yang berbahaya dan terpencil. (*)
BACA JUGA: PBB Sebut Ekonomi Palestina Sedang Terpuruk dan Butuh Miliaran Dolar untuk Pemulihan
Lihat video seru ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News