
Namun, hal itu tidak terjadi pada dekade-dekade sebelumnya.
“Sebagian besar sampah berasal dari ekspedisi lama,” kata Ang Babu.
Para Sherpa dalam tim mengumpulkan sampah dan mayat dari daerah dataran tinggi, sementara para prajurit bekerja di dataran rendah dan area perkemahan dasar selama berminggu-minggu selama musim pendakian musim semi yang populer, ketika kondisi cuaca lebih baik.
BACA JUGA: Korea Selatan Bersumpah Akan Melakukan Pembalasan, Korut Setop Kirim Balon Sampah
Ang Babu mengatakan cuaca menjadi tantangan besar bagi pekerjaan mereka di wilayah South Col, di mana kadar oksigen sekitar sepertiga dari jumlah normal, angin dapat dengan cepat berubah menjadi badai salju, dan suhu anjlok.
"Kami harus menunggu cuaca baik saat matahari mencairkan lapisan es. Namun, menunggu lama dalam kondisi seperti itu tidak mungkin," katanya.
BACA JUGA: Heboh! Pengunjung Beri Makan Sampah Plastik Kuda Nil di Taman Safari Indonesia
"Sulit untuk bertahan lama dengan kadar oksigen yang sangat rendah."
Menggali sampah juga merupakan tugas besar, karena sampah membeku di dalam es dan memecahkan balok-baloknya tidaklah mudah. (*)
BACA JUGA: Komitmen Jaga Lingkungan, Pegadaian Jabar Maksimalkan Bank Sampah
Video heboh hari ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News