
GenPI.co - Sejumlah personel militer Amerika Serikat dan pejabat pertahanan negara itu mengungkapkan kemarahaannya tekait invasi Turki ke perbatasan utara Suriah. Mereka menganggap diri sendiri sebagai pengkhianat lantaran tak bisa dibolehkan Presiden Donald Trump untuk membantu pejuang Kurdi.
Dilansir dari CNN, Rabu (16/10), seorang pejabat AS memberi tahu bahwa beberapa pejabat senior militer AS sangat marah saat melihat bagaimana orang Kurdi diperlakukan. Sebab, orang-orang Kurdi di bawah Pasukan Demokrat Suriah (SDF) mereka telah bahu-membahu bersama tentara AS menyapu kelompok ISIS dari wilayah itu.
BACA JUGA: Pasukan Kurdi Dapat 'Amunisi 'Baru untuk Hadapi Gempuran Turki
Semantara pejabat senior lain di divisi pertahanan AS juga menyoroti kegagalan Trump untuk mencegah invasi terhadap Kurdi. Ia mengatakan Trump telah memberi lampu hijau kepada Turki, terlepas dari sikap publik pemerintah yang secara konsisten menantang agresi itu.
“Pasukan Demokrat Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi sedang berjuang melawan pasukan yang bermaksud untuk melenyapkan mereka, dan kami membiarkannya begitu saja," kata seorang pejabat itu.
Pejabat militer AS lain yang tak ingin diidentifikasi namanya mengatakan bahwa ia begitu malu dengan perilaku negaranya. SDF diperlakukan dengan tidak baik oleh AS yang dulu bersama-sama mereka memerangi ISIS.
Terkait krisis di utara Suriah,pemerintah AS mengklaim telah melakukan sejumlah upaya. Wakil Presiden Mike Pence mengungkapkan bahwa Trump pada Senin (14/10) telah berbicara dengan Presiden Turki Erdogan dan pemimpin Kurdi dari Pasukan Demokrat Suriah, Jenderal Mazloum Kobani Abdi.
Trump dikatakan telah menerima komitmen yang kuat dari Erdogan untuk tidak menyerang kota Kobani di Suriah, sebuah lokasi yang dianggap penting bagi SDF.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News