Catatan Dahlan Iskan: Safari Nanjing

Catatan Dahlan Iskan: Safari Nanjing - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Itulah takjil yang bisa dimakan. Kami juga mulai makan di halaman belakang. Tanpa melihat agama kami.

Setelah itu semua naik ke lantai atas. Kecuali di antara kami yang bukan Islam. Saya lihat mulai banyak juga mahasiswa asing yang bergabung. Ada dari India. Bangladesh. Pakistan. Iraq.

Saya sudah terbiasa berjamaah dengan aliran mazhab Hanafi. Juga sudah biasa salat di masjid di berbagai kota di Tiongkok. Selalu ada yang azan di halaman masjid.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Kereta Cepat Tiongkok: Safari Tianjin

Tanpa pengeras suara. Saat azan itu berkumandang imam sudah duduk di tempatnya. Demikian juga wakil imam. Sudah duduk baris di belakang imam.

Di Nanjing ini saya lihat ada tiga wakil imam. Dengan igal kepala yang sama. Tapi di antara tiga itu hanya satu yang bajunya persis baju imam. Seperti jas panjang dengan gambar bendera Tiongkok di dada. Di beberapa masjid lain, wakil imam itu sampai 6 orang.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Safari Tiongkok

Saya pun sudah biasa: ketika imam selesai membaca Al Fatihah tidak perlu mengucapkan ''amin'' dengan suara keras dan panjang. Cukup ''amin'' dengan lirih dan pendek. Saya selalu ingat zaman dulu.

Di masjid Beijing. Begitu imam selesai membaca Al Fatihah saya sontak meneriakkan ''amin'' keras dan panjang. Ternyata saya sendirian melakukan itu.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal DPR Malaysia: Penyamun Bohong

Salat cara Hanafi simpel. Tangan tidak pernah diangkat. Baik sehabis ruku maupun sehabis tahiyat. Juga tidak pakai wirid bersama. Begitu salam, jamaah bubar. Hanya sebagian kecil yang salat sunnah ba'dal magrib.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya