
Maka Riyadh Air tidak akan menggunakan bandara International Riyadh yang sekarang. Yang namanya King Khalid International Airport.
Pangeran Mohammed bin Salman pilih membangunkan bandara baru untuk Riyadh Air. Luasnya 57 km2. Landasan pesawatnya jejer enam sekaligus. Tiga untuk mendarat bersamaan, tiga untuk takeoff bersamaan.
Bandara baru itu diberi nama sama dengan nama ayahnya: King Salman International Airport. Rasanya baru di Riyadh nanti ada bandara sampai punya enam runway.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Vladimir Putin: Bisikan Partner
Bandara besar Heathrow London hanya punya 2 runway. Bandara John F. Kennedy New York punya empat runway. Bandara Atlanta punya 5 runway.
Ups, saya lupa, bandara Chicago O'Hare punya 8 runway. Dan semua itu kalah dengan bandara Morotai di Maluku Utara: punya 9 runway. Begitu pentingnya Morotai pada masa perang dunia kedua.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Sopir Truk: Cinta Cilaka
Juanda Surabaya belum juga bisa membangun runway kedua. Akibatnya sampai sekarang belum ada penerbangan malam dari dan ke Juanda. Sampai tiga bulan ke depan waktu malam di Juanda dipergunakan untuk perbaikan landasan.
Membangun bandara sekaligus enam landasan di Riyadh apalah sulitnya. Mau 15 landasan pun bisa. Tanah ada. Uang ada. Kemauan Pangeran Mohammed sangat besar. Tidak ada satu pun yang meragukan rencana itu tertunda.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tunggu Buldozer
Siapa CEO Riyadh Air pun sudah diputuskan: Tony Douglas. Jabatan terakhirnya: CEO Etihad. Sebelum itu ia sudah muter-muter di berbagai jabatan terkait perusahaan penerbangan di jazirah Arab.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News