
Usianya sudah sekitar 65 tahun. Garis wajahnya berkerut keras dan terlihat lebih tua. Ia pakai baju putih panjang khas Arab. Di kepalanya sorban mengigal lusuh.
Ok. Setua itu masih mencari rejeki di jalanan. Itu belum sampai sepertiga bayangan 1000.
Mobil pun dijalankan. Lalu masuk stasiun pompa bensin. Dari lirikannya saya paham: harus bayar. Saya pikir bayar 100 dulu. Yang penting bensin terisi. Ternyata ia minta lunas.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Muhammad bin Salman: Barang Titipan
Langsung saya lunasi. Untuk apa baku kata. Andai ditipu pun hanya 300 riyal. Bukan 1000. Dengan uang itu ia pun isi bensin. Saya buang amoniak. Lega. Tadi pagi terlalu banyak minum.
Begitulah kebiasaan saya bangun tidur: minum air hangat setengah liter. Lalu minum obat. Lalu melaksanakan ritual pagi. Setelah itu minum lagi setengah liter. Olahraga.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Grup Adani: Juru Selamat
Pagi ini olahraga saya jalan kaki ke terminal 30 menit. Selesai buang amoniak ia sudah tidak terlihat di pompa bensin lagi. Saya jelalatan sapu pandang ke sekitar: oh ia di sana. Di depan bengkel. Kap mobilnya lagi dibuka.
Ia terlihat mengutak-atik mesin. Lalu ambil selang udara. Ia semprot semua bagian mesin. Debu berterbangan. Mesin pun bersih. Sebagian debu pindah ke pakaiannya. Ia semprot pakaian itu dengan selang udara.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tikungan Lion
Sebagian pindah ke pakaian saya. Ia semprot pakaian saya. Sambil tertawa. Giginya kelihatan kuat, menghitam. Gerahamnya mengeras.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News