Catatan Dahlan Iskan soal Politik Taiwan: Bukan Dinasti

Catatan Dahlan Iskan soal Politik Taiwan: Bukan Dinasti - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

Pun sampai gedung DPR Taiwan diduduki demonstran. Menurut Koumintang, dengan perdagangan bebas itu, maka soal ketegangan dengan Tiongkok akan selesai. Tanpa saling klaim.

Toh sudah seperti Kanada dengan Amerika. Atau seperti Uni Eropa. Tapi ide itu dianggap berlebihan: jalan pintas menuju penyatuan.

Sebenarnya di Pilpres tahun 2020 itu hampir pasti Han yang akan menang. Nasibnya saja yang belum ada: ada gempa politik di Hong Kong, guncangannya lebih keras di Taiwan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Alvin Lim: Alvin Ukraina

Ke depan orang akan melihat kiprah Chiang muda sebagai wali kota Taipei. Kalau saja setahun ke depan Chiang sangat mengesankan, bisa jadi ia akan mencalonkan diri di Pilpres 2024. Maka kembali Taiwan ke tangan Koumintang.

Anak Chiang Kai-shek masih jadi presiden Taiwan: Chiang Ching-kuo. Tapi cucu Chiang Kai-shek sudah tidak mewarisi jabatan politik tertinggi lagi. Jadilah Taiwan negara non-dinasti.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Alvin Lim: Alvin Kuya

Chiang Ching-kuo tidak mau mewariskan jabatan presiden ke anaknya. Ia menunjuk Lee Teng-hui menjadi presiden pertama Taiwan yang lahir di Taiwan. Lee akhirnya menyatakan pemerintahan otoriter diakhiri.

Ia maju dalam pemilihan presiden pertama secara langsung: menang. Lee Teng-hui, juga dari Koumintang, dikenang sejarah sebagai bapak demokrasi Taiwan.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Piala Dunia 2022: Gempa Jerman

Barulah di zaman cicitnya ini ada keturunan Chiang Kai-shek yang masuk politik lagi. Tapi sudah bukan sebagai pewaris dinasti. Chiang Wan-an harus membawa namanya sendiri. Apalagi ia cucu dari jalur istri selir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya