
GenPI.co - Perang bisa meledak besok. Atau lusa. Di Ukraina. Atau kapan saja. Sewaktu-waktu.
Itulah kesimpulan pemerintah Amerika Serikat –berdasarkan data intelijennya. Juga dari intelijen Eropa. Dan NATO.
Dasarnya: Rusia sudah menempatkan ratusan ribu pasukan di perbatasan. Juga peralatan perang.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Benci Ras
Amerika sudah pula menyerukan agar warganya meninggalkan Ukraina. Agar tidak terjebak perang di situ.
Sepertinya gawat sekali. Kegentingan itu tersiar luas tepat waktu: menjelang kedatangan kanselir baru Jerman ke Washington DC: Olaf Scholz.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: 22.2.22.22.22
Itulah kali pertama pengganti Angela Merkel itu bertemu Presiden Joe Biden.
Apakah Scholz terpengaruh? Lalu terbakar emosinya untuk memihak Ukraina dan membenci Rusia? Kelihatannya tidak.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Doa Wadas
Scholz punya prinsip sama dengan Merkel: tidak mau ikut perang. Scholz juga sama dengan Merkel: mendahulukan kepentingan Jerman di atas segala-galanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News