
New York pun heboh. Tahun lalu, seorang lelaki Tionghoa tua juga jadi korban. Saat itu ia lagi mengumpulkan kaleng-kaleng bekas minuman di China Town. Ia dipukuli orang. Beberapa waktu kemudian meninggal akibat luka-lukanya.
Baik Nash maupun Simon, sama-sama ditangkap. Mereka sama-sama gelandangan. Sama-sama punya gangguan jiwa. Bahkan sama-sama residivis.
Ketika melakukan kejahatan itu, keduanya juga sudah dalam status tersangka: untuk kejahatan lain. Bukan pula hanya sekali. Berkali-kali.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Batu Ganjar
Tapi, orang seperti Nash, tidak pernah ditahan. Ia boleh bebas dengan jaminan. Bulan depan, harusnya, Nash diadili untuk kejahatan sebelumnya.
Menurut catatan polisi, kejahatan dengan motif kebencian ras naik lebih 300 persen setahun terakhir. Sasarannya: keturunan Asia. Atau keturunan pulau-pulau di Pacific.
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: 22.2.22.22.22
“Cukup. Sudah cukup,” teriak aktivis anti kebencian ras. “Semua ini akibat penjahat dibiarkan tidak dihukum”.
Maka nama Jaksa Distrik New York yang baru kembali jadi sorotan: Alvin Bragg. Ia yang membuat kebijakan agar penjahat-penjahat kecil tidak dihukum (baca Disway: Sesal Istri – Disway).
BACA JUGA: Catatan Terbaru Dahlan Iskan: Gang Besar
Kebencian atas ras Asia itu meningkat sejak Presiden Donald Trump punya kebijakan anti imigran. Lalu naik lagi ketika Covid-19 melanda Amerika.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News