
GenPI.co - Lebih dari 100 ribu orang di seluruh Prancis pada Sabtu (8/1) turun ke jalan untuk memprotes rencana pemerintah untuk lebih membatasi hak-hak warga yang tolak vaksin.
Protes massal itu terjadi beberapa hari setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron menggunakan bahasa yang vulgar untuk menggambarkan mereka yang menolak tusukan.
Jumlah massa empat kali lebih tinggi dari jumlah yang menjawab panggilan 18 Desember untuk memprotes, ketika 25.500 orang berbaris di seluruh negeri, menurut perkiraan pemerintah.
BACA JUGA: Insiden di Atlantik, Fregat Inggris Hadapi Kapal Selam Rusia
Protes menentang undang-undang yang direncanakan yang akan mengharuskan individu untuk membuktikan bahwa mereka sepenuhnya divaksinasi terhadap virus corona sebelum mereka dapat makan di luar
Aturan itu juga berlaku untuk mereka bepergian dengan kereta antar kota atau menghadiri acara budaya.
BACA JUGA: Varian Virus Corona Baru Bernama Deltacron, Seberapa Berbahaya?
Pada hari Kamis (7/1), majelis rendah parlemen Prancis meloloskan RUU kontroversial dalam pembacaan pertama.
Pemerintah mengatakan mereka mengharapkan persyaratan baru akan dilaksanakan pada 15 Januari, meskipun anggota parlemen di Senat sekarang dapat menunda prosesnya.
BACA JUGA: Ancaman Kosong Negeri Zionis Bikin Iran Unjuk Kekuatan
Pejabat kementerian dalam negeri mengatakan 105.200 orang berpartisipasi dalam protes hari Sabtu di seluruh Prancis.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News