
GenPI.co - Protes di Iran memasuki minggu ketiga. Penangkapan pengunjuk rasa oleh pihak berwenang makin meluas dibarengi dengan penggunaan kekuatan yang mematikan.
Protes dimulai pada 15 Juli sebagai tanggapan atas kekeringan parah dan krisis air yang diderita oleh warga Ahwazi Arab Iran di Provinsi Khuzestan.
Para pengunjuk rasa menggambarkan bahwa air hanya menjadi pemicu gerakan di samping sejarah panjang penindasan oleh pemerintah Iran.
BACA JUGA: Bertemu Wakil Menlu AS, Pejabat Tinggi China Sebut Musuh Khayalan
Sejak itu, protes terhadap rezim dan kekeringan di seluruh negeri telah menyebar ke seluruh negeri, termasuk ke ibu kota Teheran.
Para pengunjuk rasa juga keberatan dengan agenda kebijakan luar negeri Iran, terutama mengingat kurangnya kebutuhan di dalam negeri.
BACA JUGA: Israel Tak Lagi Digdaya di Langit Suriah, Rudalnya Rontok Semua
Sebuah video yang dibagikan di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa berbaris di jalan-jalan meneriakkan slogan-slogan, seperti "Matilah diktator" dan "Baik Gaza maupun Lebanon, saya akan mengorbankan hidup saya untuk Iran."
Menurut Amnesty International pada hari Jumat (23/7), dalam menanggapi protes, pasukan keamanan telah menewaskan setidaknya delapan pengunjuk rasa, termasuk seorang remaja laki-laki, di tujuh kota yang berbeda.
BACA JUGA: Raja Yordania Bicara Soal Iran, Borok Negara itu Diumbar Semua
“Pasukan keamanan Iran telah mengerahkan kekuatan yang melanggar hukum, termasuk dengan menembakkan peluru tajam dan tembakan burung, untuk menghancurkan sebagian besar protes damai yang terjadi di provinsi selatan Khuzestan,” bunyi pernyataan Amnesty International.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News