
GenPI.co - Beberapa ribu pengungsi Rohingya telah mengamuk dan melakukan protes tidak terkendali terhadap kondisi kehidupan di pulau rawan topan di lepas pantai Bangladesh di mana mereka dipindahkan dari kamp-kamp besar di daratan.
Sebelumnya, sejak Desember, Bangladesh telah memindahkan 18.000 dari 100.000 pengungsi yang direncanakan ke pulau lumpur dataran rendah Bhashan Char dari wilayah Cox's Bazar, di mana sekitar 850.000 orang tinggal dalam kondisi yang jorok dan sempit.
Sebagian besar dari mereka telah melarikan diri dari serangan militer brutal di negara tetangga Myanmar yang mayoritas beragama Buddha pada tahun 2017 yang menurut penyelidik PBB dieksekusi dengan 'niat genosida'.
BACA JUGA: Serangan Senyap Misterius, Kamp Rohingya Dilalap Si Jago Merah
Protes hari Senin (31/5/2021) kemarin itu melibatkan hingga 4.000 orang, kata polisi dan bertepatan dengan kunjungan inspeksi oleh pejabat dari badan pengungsi PBB (UNHCR).
"Rohingya yang berada di sana menjadi sulit diatur saat perwakilan UNHCR mendarat (di pulau itu) dengan helikopter hari ini," kata kepala polisi setempat Alamgir Hossain, seperti dilansir dari AFP, Selasa (1/6/2021).
BACA JUGA: India Tahan 88 Migran Rohingya, Langit Menangis, Bikin Miris
Menurutnya, mereka memecahkan kaca di gudang dengan melempar batu. Mereka datang ke polisi. Dan, tuntutan mereka adalah mereka tidak ingin tinggal di sini.
Sementara, seorang pria Rohingya mengkonfirmasi bahwa batu bata dilempar dan polisi mencegah mereka memasuki gedung tempat petugas UNHCR berada.
BACA JUGA: Gawat, Ratusan Migran Rohingya Diduga Diperdagangkan di Indonesia
Sedangkan, seorang aktivis hak internasional mengatakan polisi menggunakan tongkat untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News