
Redwan menerangkan saat menghadapi trauma setelah serangan Israel bukanlah hal baru di Gaza, kapasitas untuk membantu terbatas sementara kebutuhan akan perawatan sangat besar.
“Saya menjauhkan anak-anak saya dari berita, menonton kartun, dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan usia mereka. Kapanpun mereka takut dengan bom, saya akan menahan mereka untuk menenangkan mereka,” katanya.
Sedangkan, menurut Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), 12 dari 66 anak yang terbunuh oleh serangan udara Israel adalah peserta program yang bertujuan membantu anak-anak Gaza mengatasi trauma dari perang sebelumnya.
BACA JUGA: Kepala Militer Israel Sebut Jurnalis AP Minum Kopi Bareng Hamas
Anak-anak yang selamat dari serangan itu kemungkinan besar akan menghidupkan kembali pengalaman pemboman setiap malam, NRC mengatakan dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, menambahkan anak-anak di Gaza rata-rata mengalami lima mimpi buruk dalam seminggu.
Hozayfa Yazji, manajer wilayah Gaza di NRC, mengatakan statistik tersebut menyoroti tingkat penderitaan akibat serangan 11 hari terakhir di Gaza yang telah menyebabkan banyak anak.
BACA JUGA: Ancaman Ngeri, Warga Palestina Bersumpah Binasakan Habis Israel
Menurut Yazji, NRC telah bekerja dengan 118 sekolah, memberikan dukungan untuk 75.000 anak sejak meluncurkan layanan terapi trauma untuk anak-anak di Gaza pada tahun 2012.
Yazji memapaparkan, kondisi kemanusiaan yang parah yang dialami anak-anak di Jalur Gaza memperburuk kondisi kesehatan mental mereka, namun serangan militer berdampak paling buruk pada anak-anak.
BACA JUGA: AS Siapkan Ratusan Juta Dolar untuk Gaza, Tapi Bos Hamas Bilang..
Pengepungan selama 14 tahun yang dilakukan Israel di daerah kantong pesisir, meningkatnya tingkat kemiskinan yang mencapai 50 persen dari populasi, tingkat pengangguran 55 persen, dan sistem perawatan kesehatan yang bobrok semuanya membuat penderitaan anak-anak lebih buruk.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News