
Sebagai informasi, konflik tahun lalu, yang berakhir pada November, melihat pasukan Azeri mengusir pasukan etnis Armenia dari petak-petak wilayah yang mereka kuasai sejak 1990-an di dan sekitar Nagorno-Karabakh.
Konflik tersebut menewaskan lebih dari 6.000 orang di kedua belah pihak dan menyebabkan krisis politik di Armenia, di mana Perdana Menteri Nikol Pashinyan dikritik secara luas karena apa yang dipandang sebagai kekalahan yang memalukan.
Pashinyan, 45, merasa dia tidak punya pilihan selain menyerah atau melihat pasukan negaranya menderita kerugian yang lebih besar.
BACA JUGA: Azerbaijan Tangkap Tentara Armenia, Perang Besar Bisa Berkecamuk
Pashinyan menggambarkan situasi perbatasan sebagai tegang dan meledak.
Tetapi, peran Rusia sebagai perantara antara kedua negara sebagian besar datang dengan mengorbankan kekuatan Barat seperti Prancis dan Amerika Serikat.
BACA JUGA: Kekacauan Armenia Atas Fenomena Kudeta Militer, Perang Meletus
Ketiganya adalah bagian dari kelompok penengah yang telah mencoba tetapi gagal selama beberapa dekade untuk menemukan solusi yang bertahan lama untuk perselisihan selama puluhan tahun antara Armenia dan Azerbaijan mengenai Nagorno-Karabakh.
Armenia berperang dengan Azerbaijan di wilayah tersebut pada tahun 1990-an yang menewaskan sedikitnya 30.000 orang.(*)
BACA JUGA: Armenia Remehkan Rusia, Rudal Kiamatnya Dibilang Ambyar
Simak video berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News