
GenPI.co - Puluhan bekas tambang menganga di daerah Samarinda Kalimantan TImur. Lubang itu diakibatkan oleh para penambang liar, juga oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan penambangan secara resmi. Lubang-lubang bekas tambang batu bara yang dekat dengan pemukiman warga, seolah menanti korban.
Itulah yang dipaparkan melalui sebuah film dokumenter berjudul ‘Sexy Killer’. Film berdurasi 88 menit itu diputar di Argo Plaza Kuningan, Rabu (10/4).
Diproduksi oleh WatchDoc, film ini juga menggambarkan adanya sebuah fakta kerusakan alam lainnya akibat sebuah galian tambang batu bara. Salah satunya adalah puluhan kapal tongkang pengangkat batu bara yang hilir mudik melewati perairan di kawasan konservasi Taman Nasional Karimunjawa.
Akibatnya, karang-karang di tujuh titik di Karimunjawa hancur tergilas tongkang. Beberapa patah terkena benturan jangkar. Bahkan laut pun tercemar akibat beberapa batu bara yang tidak sengaja jatuh ke laut.
Namun, hilir mudiknya kapal tongkang tersebut berdampak positif bagi masyarakat di pesisir pantai. Ada peluang bisnis baru bagi masyarakat yaitu menjadi pemandu tongkang.
Ilyas, salah satu perwakilan aktivis lingkungan dari Karimunjawa yang hadir dalam diskusi setelah pemutaran film itu. Ia menyatakan, kapal-kapal tongkang kerap berhenti di sekitar kawasan taman nasional.
“Alasannya, kehabisan bahan bakar lah, kehabisan bahan pokok lah atau cuaca buruk lah. Padahal SOP perlayaran kapal tongkang itu sudah dipersiapkan dan dipredisikan bahan bakar cukup untuk sampai ke tempat tujuan,” ungkap Ilyas.
Pemasalahan lingkungan akibat pertambangan batu bara membuat para aktivis Green Peace. “Saat ini kapal-kapal tongkang itu sudah tidak ada yang berhenti di kawasan nasional lagi,” ujar Ilyas.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News