
Bagi masyarakat Jawa Tondano (Jaton), ambeng dan iwak ko’ko’ tidak lepas dari tradisi. Terutama menyangkut dengan perayaan habi besar keagamaan.
Kuliner ini menyuguhkan kelezatan olahan makanan ayam kampung dalam sajian yang khas. Makanan ini diolah oleh kaum wanita dan remaja putri.
Mereka menyuguhkannya dalam nyiru yang biasa disebut ambeng, yaitu makanan yang lengkap lauk-pauk, sayuran dan tentu ayam kampungnya yang diolah secara khusus.
“Ambeng ini isinya nasi, iwak ko'ko' (ayam), santen bonces, kacang brenebon merah yang disantan campur pepaya muda, acar kuning, semor, laksa pakai kentang goreng dan hati ampela ayam, dan serundeng,” jelas Astuti Pulukadang, warga Jaton di Gorontalo.
Proses masaknya pun unik. Kaki dan kepala iwak ko’ko’ ini tdk dibuang namun dicuci hingga bersih untuk dibuat pose yang menarik saat dipanggang. Bak model, ayam ini pun diatur posenya dengan menggunakan bambu liat sebelum dipanggang
Ambeng yang memiliki cita rasa lezat ini biasanya disuguhkan di masjid usai orang-orang melantunkan salawat jowo dalam perayaan hari besar keagamaan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News