Dibutakan Cinta, Aku Bertahan dengan Pacar yang Pelit

Dibutakan Cinta, Aku Bertahan dengan Pacar yang Pelit - GenPI.co
Ilustrasi pacaran. Foto: Shutterstock

Kami berdua pergi ke sebuah kafe di bilangan Jakarta Selatan untuk merayakan tahun jadi kedua kami.

Aku tak pernah suka kopi. Namun, saat dia menyerahkan cangkir dan menatap mataku memohon agar aku mencicipinya, aku tak bisa lagi menolak.

Aku tetap tidak suka kopi. Tapi, aku suka senyum manis dan teriakan gembiranya saat aku menelan minuman favoritnya, hazelnut latte.

Kami juga memesan makanan dan berbincang tentang apa yang terjadi belakangan ini.

Aku suka saat dia menceritakan sesuatu dengan heboh. Tangannya pasti akan bergerak liar sambil sesekali bertepuk tangan jika menurutnya cerita tersebut mulai mencapai titik klimaksnya.

Jatuh cinta padanya terasa seperti hal yang paling mudah aku lakukan selama hidupku.

Kepalaku masih terasa pusing tiap kali dia memelukku. Hangat tubuhnya membuatku kehabisan napas, tapi tak ingin melepaskan diriku dari rangkulannya.

"Aku punya hadiah untukmu. Terima kasih sudah bersamaku selama dua tahun ini. Aku sayang kamu," ucapku, sambil menyerahkan sebuah kotak yang bersampul polos berwana biru langit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya