
Usai jam pulang kantor, aku mencoba menghubungi Rendi. Seperti biasa, Rendi tidak pernah menolak untuk bertemu denganku, meskipun dia sibuk.
Kami bertemu di restoran Jepang sembari menyantap makan malam.
Pertemuan kami terbilang sangat hangat.
Seperti biasa, aku selalu mengatakan piring sushi untuknya, menuangkan kecap asin, membubuhkan sedikit bubuk cabe, dan wasabi. Setelah itu, dia bersiap untuk menyantap sashimi favoritnya.
Sementara itu, aku hanya terpaku melihat dia menyantap sashimi satu per satu dan menunggu dia menyuapkannya satu untukku.
Namun, setelah suapan ketiga dia malah kembali menatapku. Tatapannya aneh.
“Kok nggak dimakan?” ujarnya sambil mencoba menelan sashimi di yang masih dia kunyah.
“Satu suap untukku sudah nggak ada?” jawabku datar.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News