
GenPI.co - Anugerah terindah yang Tuhan berikan, namun seringkali terlupakan. Bertemu setiap hari dan tidur di bawah atap yang sama. Setiap pagi pergi menjalankan aktivitas yang berbeda-beda. Begitulah keadaan keluargaku yang terus aku syukuri.
Hingga tidak pernah terbayangkan keadaan berubah semenjak salah satu anggota keluargaku sakit. Manusia baik hati yang Tuhan berikan untuk menciptakan sejarah hidupku. Bertanggung jawab penuh atas hidupku bahkan saat masih berada di dalam kandungannya.
Ya, itulah Mama..
Mendapatinya terkulai lemas sembari memegangi kepalanya dan mulai berbicara aneh. Gemetar tanganku dan panik hingga tidak bisa berkata-kata saat aku menyetir mengantarkannya ke rumah sakit. Mama adalah orang paling kuat yang kukenal. Aku bertanya-tanya dalam hati dan seketika tidak bisa bernafas dalam waktu yang sangat lama.
“Penyakit apa ini? Mengapa dokter mengharuskan Mama dipindahkan ke rumah sakit besar penanganan otak,” tanyaku dalam hati.
Sebuah mimpi buruk untuk melihat salah satu keluarga yang terbaring sakit. Pemandangan ruang tunggu ini hanya orang yang berlalu lalang untuk bergantian masuk ke dalam ruangan menyedihkan. ICU adalah ruangan mimpi buruk yang dihujani beribu doa.
Aku sungguh membenci ruang tunggu ICU ini. Membuatku lemas dan pasrah tetapi tidak hentinya aku lantunkan doa berharap mama baik-baik saja. Melihat orang-orang bergantian masuk ruang itu dengan tangis kehilangan. Membuatku selalu membayangkan skenario terburuk bila harus kehilangan Mama.
Mama harus menjalani operasi pendarahan otak, kemungkinan akan hidup normal sangat sedikit. Aku mengeluskan kepalanya sembari mengompresnya dengan kain basah dan membacakan ayat-ayat Al-quran untuknya “Panas nak kepala mama,” ucap mama.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News