
“Hei, kamu kenapa, Nin? Hei, kok tiba-tiba nangis gini? Aku salah sama kamu? Kamu butuh sesuatu? Kamu ada masalah?” tanyaku penasaran sekaligus khawatir.
“Maaf, Ren. Maaf. Aku minta maaf…,” ujarnya sambil sesenggukan.
Aku makin tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan Nina. Aku pun meminta dia duduk dan menenangkannya.
Setelah itu baru aku mempersilakan dia untuk bercerita dan mengungkapakan apa yang dia maksud dengan kata ‘maaf’ yang barusan diucapkannya.
“Ren, mungkin ini akan menyakitkan buat kamu mendengar berita ini. Sebelumnya aku minta maaf. Kamu teman dan sahabat yang baik buat aku. Aku yang tidak pantas menjadi teman kamu,” ujar Nina.
“Maksud kamu apa, sih? Biasa juga kita udah sering kan saling berbagi dan gantian. Kalau kamu pas nggak ada, kamu bisa pakai apa yang aku punya. Bahkan sebaliknya. Ketika kamu ada dan aku lagi nggak ada, kamu selalu meminjamkan entah uang barang dan apa pun kan?”.
“Aku hamil, Reni!” sahut Nina.
“Haahhh. Hamil???? Dengan siapa?” aku benar-benar kaget mendengarnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News