Dear Diary

Bukan Kisah Hohohihi, Tapi Bisa Bikin Kamu Nostalgia

Bukan Kisah Hohohihi, Tapi Bisa Bikin Kamu Nostalgia - GenPI.co
Ilustrasi bermain layang-layang. (Foto: Elements Envato)

Masa kini....

YOS masih terus mengulur benang di tangannya, hingga layang-layang kami telah mengudara sisi selatan tenggara langit, setelah sebelumnya terbang sejajar dengan gugusan Poco Likang, salah  satu gunung dari jejeran Mandosawu yang berdiri megah di sisi selatan Ruteng. Kedua layang-layang itu  sudah beratus-ratus meter jauhnya dari bumi. 

Selain Yos, kecemasan semakin melanda kami. Aku cemas layang-layang keduaku minggu ini akan hilang entah kemana karena keteledoran Yos dalam menjalankan aksinya, sementara Kanis dan Luis cemas akan kehilangan tangkapan mereka siang itu.

“Yos, tarik suda kaa! Kalau tidak, guling saja benangnya, tidak usah bajak itu layang-layang sudah. Saya tidak mau ini layang-layang terlepas nanti,” untuk pertama kalinya aku angkat bicara siang itu. Khawatir layang-layangku lepas, khawatir menyia-nyiakan uang seribu yang telah kudapatkan susah payah dari Bapa.

Selain itu, perutku sudah  keroncongan setengah mati. Terik matahari membuat rasa lapar itu semakin mendera.  Meski hari ini Mama tidak menyediakan makan siang sayur pucuk labu dan ikan tembang kegemaranku, namunaku bersedia makan sebanyak-banyaknya siang ini, apapun hidangannya.

“Sabar,” kata Yos sembari  terus menatap dua  layang-layang yang tengah bertarung itu.

Beberapa orang yang lewat dijalan itu tertarik dengan aktivitas kami siang itu. Seorang tetangga,  bapak-bapak berusia kurang lebih 50 tahun lebih yang  baru saja kembali dari Rumah Sakit menjenguk salah satu kerabatnya, menghentikan sebentar perjalanannya karena tertarik dengan keriuhan empat orang  anak  di pinggir jalan. Kepalanya mendongak ke atas untuk melihat kedua layang-layang yang tengah bertarung di langit. Ia  kemudian memperingatkan kami untu selalu menghindari kabel listrik yang melintang tak jauh di tempatkami bermain.

Padahal sangat tidak masuk akal peringatannya. Bagaimana mungkin sebuah benang tipis dapat memutus kabel dengan karet pelindung berdiameter 4 cm?  ia menggumam sebentar seperti mengutuki kami lantaran acuh dengan peringatannya sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya. 

Totu, salah seorang tetangga kami yang lain, sama tertariknya dengan bapak tua itu. Rupanya sedari tadi ia memperhatiakan kami dari dari jendela rumahnya yang berjarak tidak berapa jauh diari tempat kami berada.  Laki-laki dua anak namun tidak pernah terlihat seperti seorang ayah itu mendekati kami, melihat ke langit, lalu bagai seorang konsultan hukum memberikan serangkaian nasihat kepada Yos mengenai taktik apa yang harus dilakukan.  Namun seperti sebelumnya, Yos bergeming.  Ia tetap pada taktik tarik ulurnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya