
GenPI.co - “Tarik terus, jangan berhenti, kita menang nanti,” seorang anak berumur kurang lebih 14 tahun berteriak-teriak sembari menghentakkan kakinya. Anak tersebut bernama Luis. Tangannya mengepa erat, hingga otot-ototnya tampak menegang menegang.
Tampak benar dirinya sudah tidak sabar menyaksikan apa yang tengah terjadi. Ia adalah salah satu dalam sebuah kelompok anak kecil yang tengah berkumpul di pinggir jalan beraspal kasar pada suatu siang yang terik.
Adneralin semua semua orang tampak sedang sedang mendidih di siang itu. Dan, matahari jam dua siang membuat darah makin lancar naik ke ubun-ubun. Semua mata tertuju kearah langit selatan, di gugusan Poco Likang. Dua buah benda di langit menjadi perhatian anak-anak itu.
“Awas kabel listrik, tarik ke atas sedikit!” Kanis yang matanya juga tertuju ke langit itu memperingatkan.
Tidak seperti Luis, ia nampak sedikit lebih tenang lantaran sembari menatap langit, ia juga tengah menyibukkan diri dengan mengunyah sebatang tebu. Sesekali mulutnya mencabik sedikit bagian dari batang tebunya itu. Sambil mengunyah, Kanis menyesap cairan gula dari potongan batang tebu yang ada di mulutnya. Setelah rasa manis berkurang, ampas tebu itu diludahkan begitu saja dari mulutnya.
“Sebenarnya kalau kita pake benang kaca, kita sudah menang dari tadi. Pasti kita sudah dapat itu layang-layang di atas karena benangnya dengan mudah kita bisa kasih putus,”Kanis terus mengoceh sembari mengunyah, sehingga beberapa kata tidak jelas keluar dari mulutnya.
BACA JUGA: Sebuah Adegan...
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News