
Namun, proses itu memerlukan waktu yang lama, dan selama periode penyesuaian itulah kita merasakan efek jet lag.
Apakah jet lag dapat dicegah?
Ya, tetapi itu bisa jadi mahal. Malcolm von Schantz, seorang profesor yang mengkhususkan diri dalam ritme sirkadian di Universitas Northumbria di Newcastle, mengatakan bahwa terbang di kabin premium tempat para pelancong dapat berbaring dan beristirahat dengan baik, dapat mencegah kurang tidur, tetapi ia mengakui bahwa itu bukanlah pilihan bagi kebanyakan orang.
BACA JUGA: Destinasi Wisata Medis Kelas Dunia Hadir di MHX Jakarta 2024
Namun, ia mengatakan bahwa mengatur waktu penerbangan dapat membantu.
Misalnya, ia menyarankan untuk terbang dari Eropa ke Amerika Utara pada siang hari, sehingga penumpang mendarat pada malam hari dan mereka dapat tidur nyenyak.
BACA JUGA: Hankyu Hanshin Group Perkuat Promosi Wisata Jepang di Indonesia
"Jika Anda mengambil penerbangan malam, Anda akan terbangun pada tengah malam untuk disuguhi sarapan dan mendarat satu atau dua jam kemudian, saat jet lag dan kurang tidur akan menyerang Anda dengan keras dan bersamaan," katanya.
Von Schantz juga mengatakan terbang dengan model yang lebih baru dengan rangka yang lebih ringan, seperti Airbus A350 atau Boeing 787 Dreamliner, akan membantu.
BACA JUGA: Pariwisata Buleleng Bali Butuh Dukungan Banyak Pihak untuk Dikembangkan
Itu karena pesawat tersebut dapat mempertahankan suasana kabin yang lebih nyaman, yang seharusnya membantu para pelancong merasa tidak terlalu lelah di akhir penerbangan mereka.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News