
Para peneliti menilai rekam medis 3.720 orang, termasuk 620 orang yang menderita sindrom takotsubo, antara tahun 2010 dan 2017.
Selama masa tindak lanjut selama lima setengah tahun, 153 pasien dengan kondisi tersebut meninggal (25 persen), menurut hasil yang diterbitkan dalam jurnal JACC: Advances.
Angka kematian ini lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol dalam penelitian ini (15 persen) dan hampir sama tingginya dengan angka kematian di antara mereka yang menderita serangan jantung (31 persen).
BACA JUGA: 3 Pasangan Zodiak yang Sulit Bertahan dalam Hubungan Asmara
Para peneliti mengatakan mereka 'terkejut' bahwa pasien takotsubo diobati dengan cara yang sama seperti pasien dengan 'serangan jantung klasik'.
Profesor Dana Dawson, konsultan ahli jantung di Aberdeen Royal Infirmary, mengatakan data menunjukkan sangat jelas bahwa sindrom takotsubo tidak ditangani dengan benar.
BACA JUGA: Jangan Bingung, Ini 3 Cara untuk Menyudahi Hubungan Asmara
Pasien-pasien ini memiliki angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum, peningkatan kerentanan terhadap penyakit jantung, dan peluang kematian yang sama besarnya dengan orang yang menderita serangan jantung.
"Sangat penting bagi kami untuk mengidentifikasi cara yang tepat untuk menangani kelompok orang yang unik ini, dan itulah yang kami rencanakan untuk dilakukan seiring melanjutkan penelitian kami," ujarnya.
BACA JUGA: 5 Hal Perlu Dipertimbangkan Ketika Menjalin Hubungan Asmara dengan Teman Sekantor
Para ahli telah lama percaya bahwa kardiomiopati takotsubo mungkin salah didiagnosis sebagai serangan jantung karena gejala dan hasil tesnya serupa.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News