
Bareyn memberi contoh bagi keluarga dengan penghasilan Rp5 juta per bulan, berarti 10 persen atau Rp500.000 dialokasikan untuk zakat atau sedekah.
Lalu, 20 persen atau Rp1.000.000 untuk investasi dan dana darurat/asuransi, 30 persen atau Rp1.500.000 untuk cicilan motor dan rumah, serta 40 persen atau sisanya untuk kebutuhan harian selama sebulan.
Huruf “i” selanjutnya berarti “identifikasi”. Bareyn menyarankan agar pasangan mengidentifikasi mana kebutuhan dan keinginan dari rencana serta saat belanja.
BACA JUGA: Ini Cara Menyembunyikan Keuangan dari Suami! Tetapi Hati-hati ya
Kemudian, huruf “a” berikutnya diartikan sebagai “angsuran jangan ditunda bayarnya”.
Yang tak kalah penting setelah menyusun rencana keuangan, Bareyn menganjurkan agar pasangan melakukan evaluasi setiap bulan.
BACA JUGA: Jangan Konsumtif, Ini 3 Tips Kelola Keuangan untuk Milenial
Hal itu diwakilkan oleh tips selanjutnya yaitu huruf “p” yang berarti “perhatikan pengeluaran harian, apakah sudah sesuai dengan rencana”.
Kiat berikutnya, yaitu huruf “k” yang memiliki arti “komunikasikan pengelolaan keuangan bersama pasangan”.
BACA JUGA: Ganggu Sistem Keuangan, Uni Eropa Wanti-Wanti soal Aset Kripto
Untuk mencapai tujuan keuangan, menurut Bareyn, langkah komunikasi dengan pasangan tidak bisa dilewatkan sebab dukungan masing-masing pihak menentukan berhasil atau tidaknya pengelolaan keuangan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News