
Turbulensi ini disebabkan oleh aliran udara turun dari tempat yang dingin di ketinggian menuju ke tempat yang hangat di permukaan dan aliran udara naik yang membawa banyak uap air dari permukaan menuju ketinggian.
Uap air inilah yang akan membentuk awan dan semakin banyak uap air yang dibawa maka akan semakin banyak awan yang terbentuk. Jika awan terbentuk dalam jumlah besar dan dalam posisi vertikal, maka resiko terdapat turbulensi akan semakin tinggi. Karena itu pilot cenderung memilih terbang memutari awan tebal yang berdiri tegak demi kenyamanan penumpang.
Turbulensi udara terbuka
Tidak ada awan namun mendadak terjadi turbulensi? Itu karena pesawat yang kamu tumpangi mungkin terjebak dalam aliran udara super cepat atau jet streams.
Aliran udara super kencang ini terjadi di perbatasan antara udara panas dan udara dingin di tempat yang tinggi, membentuk ruang udara yang diisi oleh aliran udara yang bertiup kencang.
Udara panas rendah
Turbulensi dapat pula terjadi di ketinggian rendah. Turbulensi ini terjadi karena udara hangat dari permukaan bergerak naik ke ketinggian. Aliran ini mampu menggoyang pesawat yang tidak sengaja melintasi alirannya.
Pilot dapat menduga adanya turbulensi konvektif melalui berbagai data yang dikumpulkan oleh sensor cuaca yang ada di pesawat. Sensor mampu mengukur besarnya tetes air hujan, semakin besar tetes air hujan maka semakin besar awan yang menghasilkannya, dan semakin besar awannya maka semakin besar pula turbulensi yang terjadi di dalam awan tersebut.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News