
GenPI.co - Di kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, ada sebuah desa kecil yang menjadi sentra gula merah. Namanya Desa Sompang Kolang, yang secara administratif masuk dalam kecamatan Kuwus.
Harum khas gula merah di desa itu adalah kelaziman. Sebab saban hari, warga setempat tekun memasak cairan aren dalam kuali-kuali berbagai ukuran hingga mengental kecokelatan.
Gula tersebut lalu dibentuk menyerupai balok-balok kecil dan dibungkus dengan daun. Sementara ada juga jenis lain yang yang disebut gola rebok atau gula semut. Dikatakan gula rebok karena masyakat setempat meraciknya khusus untuk dicampur dengan pangan lokal yang bernama rebok.
Baca juga: Ini Makna Motif Songke Manggarai
Proses pembuatan gola rebok, produk kearifan lokal Desa Sompang Kolang
Kerajinan gula merah merupakan salah satu kearifan lokal yang masih bertahan di Desa Sompang Kolang. Kokor gola, begitu mereka menyebutnya. Produk olahan tersebut lalu dijual, dan dari usaha itu warga setempat bisa menyekolahkan anak-anak mereka.
Masalahnya, harga jual gola rebok kerap kali tidak sesuai dengan biaya produksi. Belum lagi pohon aren/enau yang semakin hari semakin susah ditemukan. Hal itu lantas membuka mata anak-anak muda di Desa Sompang Kolang.
Inovasi pun dilakukan. Kemasan gola rebok dibuat kekinian untuk menambah nilai jual sekaligus memperluas jangkauan pasar.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News