
GenPI.co - Jepang mengalami defisit perdagangan sebesar 621 miliar yen (USD 4,3 miliar) pada bulan Juli, karena harga impor melonjak, menurut data pemerintah yang dirilis Rabu.
Impor Jepang tumbuh hampir 17% dari tahun lalu menjadi 10,2 triliun yen (USD 70,6 miliar), sementara ekspor tumbuh 10% menjadi 9,6 triliun yen (USD 66 miliar), kata Kementerian Keuangan.
Impor meningkat pada daging dan makanan lainnya, serta zat besi, yang menggarisbawahi ekonomi domestik yang relatif sehat, di mana belanja konsumen membaik di tengah kenaikan upah.
BACA JUGA: Hankyu Hanshin Group Perkuat Promosi Wisata Jepang di Indonesia
Ekspor ke AS, China, dan Brasil meningkat, tetapi ekspor otomotif terus merosot di tengah skandal pengujian palsu yang menyebabkan terhentinya produksi di sejumlah produsen, termasuk produsen mobil terkemuka Jepang, Toyota Motor Corp.
Sebelumnya, produksi otomotif terpukul akibat kekurangan suku cadang yang disebabkan gangguan produksi akibat pandemi virus corona.
BACA JUGA: 3 Konsep Orang Jepang yang Dapat Meningkatkan Hubungan
Ekspor Jepang pada bulan Juli tumbuh dari tahun lalu dalam bentuk plastik, produk kertas dan suku cadang komputer.
"Ekspor sedikit meleset dari konsensus pasar, tetapi menunjukkan akselerasi yang kuat, yang menunjukkan ekonomi sedang dalam pemulihan," kata Robert Carnell, kepala regional Riset Asia-Pasifik di ING Economics.
BACA JUGA: Klub Jepang Shonan Bellmare Buka Peluang untuk Pemain Indonesia
“Juga menggembirakan untuk dicatat bahwa ekspor tumbuh di semua kategori utama. Ekspor teknologi khususnya kuat.”
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News