
GenPI.co - Kabinet baru Mesir dilantik hari Rabu dengan perubahan besar dalam portofolio pertahanan, kementerian luar negeri dan ekonomi karena negara tersebut menghadapi meningkatnya ketidakpuasan publik dan konflik di negara-negara tetangga.
Dilansir AP News, bertahun-tahun salah urus ekonomi, pandemi virus corona, dan dampak perang di Eropa dan Timur Tengah semuanya telah menyebabkan kesulitan ekonomi termasuk inflasi yang membumbung tinggi.
Selain itu, program reformasi yang didukung Barat, yang diadopsi pada tahun 2016 dan didukung oleh Presiden Abdel Fattah el-Sissi, telah menyebabkan langkah-langkah penghematan.
BACA JUGA: PLN Komitmen Mengembangkan Potensi Ekonomi Desa Melalui Pemberdayaan UMKM
Menurut angka resmi, hampir 30% warga Mesir hidup dalam kemiskinan.
Saat el-Sissi memimpin pertemuan pertama pemerintahannya, presiden menegaskan pentingnya menyelesaikan program reformasi ekonomi dan mendesak pemerintah untuk bekerja “menarik dan mendorong investasi domestik dan asing,” menurut kantornya.
BACA JUGA: Para Pemimpin G7 Bahas Migrasi, Kecerdasan Buatan, dan Keamanan Ekonomi
Mohamed Maait, menteri keuangan Mesir sejak 2018, digantikan oleh wakilnya Ahmed Kouchouk, mantan ekonom Bank Dunia yang memainkan peran utama dalam melaksanakan program reformasi dengan Dana Moneter Internasional.
Awal tahun ini, pemerintah mengambangkan nilai tukar pound dan menaikkan suku bunga acuan secara tajam.
BACA JUGA: Perekonomian Myanmar Berada dalam Krisis karena Perang Saudara
Bank-bank komersial kini memperdagangkan dolar AS pada nilai lebih dari 47 pound, naik dari sekitar 31 pound.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News