
GenPI.co - Myanmar, yang pernah menjadi negara dengan perekonomian berkembang, sedang berjuang untuk mendapatkan kembali momentumnya ketika perang saudara di negara tersebut makin mengganggu perdagangan dan mata pencaharian.
Dilansir AP News, ekonom Bank Dunia memperkirakan perekonomian negara tersebut tumbuh pada laju tahunan sebesar 1% pada tahun yang berakhir pada bulan Maret, lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, menurut laporan yang diterbitkan pada hari Rabu.
Mereka mengharapkan tingkat pertumbuhan yang sama untuk tahun fiskal ini.
BACA JUGA: Perekonomian China Diprediksi Meningkat, IMF Singgung Reformasi
Laporan tersebut mengatakan hampir sepertiga penduduk negara ini hidup dalam kemiskinan dan perekonomiannya sekitar 10% lebih kecil dibandingkan sebelum pandemi.
Survei Bank Dunia pada bulan April “menunjukkan sedikit atau tidak ada perbaikan dalam aktivitas ekonomi selama enam bulan terakhir,” katanya.
BACA JUGA: Ma'ruf Amin Harap Gedung Landmark BSI Aceh Mampu Jadi Penggerak Pertumbuhan Ekonomi
Gerilyawan pro-demokrasi dan angkatan bersenjata etnis minoritas telah memerangi militer Myanmar setelah tentara menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada awal tahun 2021.
Dalam beberapa bulan terakhir, kekuatan militer makin melemah karena meningkatnya tekanan dari kekuatan perlawanan, sehingga mereka menderita.
BACA JUGA: Jaga Ekonomi Negara Stabil, Menkum HAM Minta MKN Awasi Notaris
Serangkaian kekalahan di medan perang yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News