
Sementara itu, Pimpinan Cabang (Pinca) Bank BRI Slamet Riyadi Solo Agung Ari Wibowo berharap bisa memberikan edukasi yang lebih menyeluruh kepada masyarakat mengenai pentingnya perbankan.
“Masih banyak sekali orang yang merugikan para pedagang dengan adanya bank titil (rentenir). Kami punya semangat itu untuk kami lawan karena visi kami memberi makna Indonesia berarti harus dimaknai secara menyeluruh. Kehadiran kami harus membantu masyarakat sampai level paling bawah,” kata dia saat ditemui di kantornya pada Senin (18/3) lalu.
Agung menjelaskan Bank BRI hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh, banyak pedagang di pasar yang curhat kepadanya soal kebutuhan mereka akan uang di luar untuk modal usaha. Misalnya, ada yang ingin menyunatkan anaknya butuh uang Rp 2,5 juta. Apabila dia meminjam uang dari bank titil, pinjaman yang harus dibayarkan bisa sampai Rp 3,5 juta.
BACA JUGA: BRImo Bikin Nasabah di Solo Makin Mudah Kelola Keuangan, Bisa Transaksi hingga Investasi
“Kalau lewat kami enggak seperti itu, kami dana talangan aja bisa. Kebutuhan itu, mereka mungkin enggak butuh modal kerja lagi, kebutuhan semacam itu enggak bisa dieksekusi karena tidak tahu jalurnya,” papar dia.
Agung menambahkan secara global pinjaman Kupedes (kredit umum pedesaan) kredit cepat (Kece) dapat melayani 5 juta pelaku usaha sebelumnya dilayani rentenir. BRI juga sukses melayani 18 juta pelaku usaha yang sebelumnya tidak tersentuh perbankan.
BACA JUGA: Jadi Agen BRILink, BUMDes Tumang Sukses Bantu UMKM Kerajinan Tembaga hingga Jadi Pemenang Desa BRILian
“Akses pinjaman perbankan dengan layanan lebih dekat dan praktis dengan target sebanyak-banyaknya mitra UMi (ultra mikro) di tahun 2024. Teknisnya, kolaborasi dengan nasabah, setelah itu dilakukan edukasi, inklusi, literasi, retensi, dan step terakhir adalah monitoring dan evaluasi,” jelas dia.(*)
Video heboh hari ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News