
Dibagi, mestinya, untuk sekitar 10 orang itu. Saham jenis ini termasuk yang tidak boleh dijual selama diperjanjikan. Mungkin selama 4 atau 5 tahun. Tujuannya: supaya pimpinan perusahaan bekerja keras untuk menaikkan harga saham.
Saya tidak tahu Rp 11 triliun itu didasarkan pada harga saham berapa. Anda juga tidak tahu. Mereka yang tahu. Bisa saja angka Rp 11 triliun itu sekarang juga tinggal 25 persennya.
Stock base compensation itu beda dengan ESOP (Employee Stock Option Plan). Karena bentuknya compensation, maka Rp 11 triliun itu, harus dibukukan sebagai pengeluaran.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Ekonomi Argentina: Untung Messi
Pencatatannya pun harus dilakukan di tahun pertama. Yakni saat kompensasi itu dilaksanakan. Maka di catatan buku GoTo mestinya ada pengeluaran Rp 11 triliun tahun ini.
Pengeluaran bukan tunai. Padahal kompensasi itu bisa jadi dikunci selama 5 tahun. Ini berbeda dengan ESOP. Di ESOP pimpinan dan karyawan memang dapat saham, tapi bentuknya option.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Mantan Menristekdikti: Nur Plasma
Maka dicatatnya di pembukuan di kolom equity. Begitulah sistem akuntansi harus mencatatnya. Anda beli saham GoTo? Nilainya turun? Anda tentu rugi.
Tapi juragan GoTo mungkin rugi lebih besar. Nilai perusahaan itu di awal IPO mencapai sekitar Rp 400 triliun. Kini tinggal Rp 97 triliun. Inilah uang Rp 97 triliun yang menuliskannya pakai kata ''tinggal''.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Tung Desem Waringin: Tung Desember
Maka jangan gundah. Anda bisa tetap tersenyum dengan humor ini: ketika Anda beli jeruk di pinggir jalan sebanyak 5 kg dan ternyata masam, si penjual masih bisa menghibur Anda.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News