
Sayangnya ketika masa penahanan 8 bulan itu lewat, harga saham GoTo tinggal Rp 97/lembar. Telkom rugi sekitar Rp 4 triliun.
Untung Rp 2 triliun tadi hanya di atas kertas. Rugi Rp 4 triliun tadi juga di atas kertas. Yang jelas di tutup buku tahun ini aset Telkom turun sekitar Rp 3 triliun dari seharusnya. Ini tidak lagi di atas kertas.
Tentu Telkom harus menunggu harga saham itu naik lagi. Kapan? Tidak ada yang tahu. Tahun ini GoTo masih rugi sekitar Rp 23 triliun. Kalau ditambah kerugian lama, total kerugiannya mencapai Rp 100 triliun.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Ekonomi Argentina: Untung Messi
Tapi menurut CEO GoTo Andre Sulistyo, kerugian besar tahun ini lebih banyak akibat stock base compensation. Tenang saja. Bukan kerugian tunai. Bagaimana menjelaskan ini? Mudah.
Berarti GoTo membayar gaji pimpinannya dengan dua cara: sebagian dibayar dengan uang, sebagian lagi dibayar dengan saham.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Mantan Menristekdikti: Nur Plasma
Gaji bulanan mereka, kata Andre, dibayar tidak melebihi umumnya perusahaan besar. Itu yang dalam bentuk uang. Pengeluaran gaji pimpinan GoTo, selama 9 bulan tahun ini, sebesar Rp 22,9 miliar.
Berarti sebulan sekitar Rp 1,5 miliar. Dibagi untuk sekitar 10 orang. Wajarlah gaji itu: sekitar Rp 150 juta/bulan/orang. Bahkan kurang besar. Terutama untuk ukuran perusahaan yang pernah bisa dapat uang Rp 160 triliun dalam sehari.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Tung Desem Waringin: Tung Desember
Itulah sebabnya para pimpinan tersebut masih mendapat gaji dalam bentuk stock base compensation (SBC). Kompensasi berbentuk saham. Mereka diberi saham. Nilainya, konon mencapai sekitar Rp 11 triliun.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News