
GenPI.co - Yang menaikkan harga BBM Sabtu lalu mungkin menyesal: mengapa tidak dulu-dulu. Enam bulan lalu, misalnya.
Atau lebih awal lagi. Toh risiko sosialnya ternyata kurang lebih sama: ribut.
Harga BBM naik memang ibarat momentum untuk hidup baru. Normal baru. Begitu diputuskan, banyak perhitungan harus dilakukan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Siapa Membunuh Putri (3)
Normal baru pun harus kita masuki ketika normal baru yang lama belum sepenuhnya normal.
Dan yang seperti itu sudah terjadi berkali-kali. Dahulu maupun kini. Hanya yang sekarang beda: Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berlalu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Suharso Monoarfa: Amplop Suharso
Anda masih rajin pakai masker. Masker itulah yang mengingatkan Anda: "semenderita-menderita akibat kenaikan harga BBM masih lebih menderita terkena covid".
Asal Anda tidak membandingkan dengan ini: sudah terkena Covid terkena kenaikan harga BBM pula.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Siapa Membunuh Putri (2)
Akan tetapi mengalami penderitaan yang berat kadang positif juga: penderitaan apa pun setelah itu terasa lebih ringan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News