
GenPI.co - Untuk menutupi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali di bawah tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), pemerintah butuh dana segar Rp 700 triliun.
"Tanpa ada kenaikan sumber penerimaan negara khususnya pajak. Sangat sulit target defisit tersebut dicapai,” kata Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad di Jakarta, Rabu (6/10).
Tauhid menilai pemerintah masih sulit menurunkan defisit APBN ke bawah tiga persen dari PDB karena penerimaan negara belum sepenuhnya pulih.
BACA JUGA: BMKG Beri Peringatan, Indonesia Bisa Lumpuh Total
Pasalnya, baru beberapa sektor perekonomian saja yang telah pulih dari dampak COVID-19.
menurutnya pemerintah harus memulihkan industri manufaktur dan perdagangan yang selama ini menyumbang terhadap penerimaan perpajakan dengan nilai cukup besar.
BACA JUGA: Neno Warisman Mundur Dari Partai Ummat Bisa Ada Efek Domino
Di samping itu, konsumsi masyarakat juga mesti diperbaiki agar pemerintah mendapat tambahan penerimaan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berbasis pada konsumsi masyarakat.
“Ini yang saya kira punya peluang potensi melebar defisitnya. Kecuali benar-benar bahwa mau tidak mau belanja untuk pemulihan ekonomi akhirnya dikurangi secara drastis,” ucapnya.
BACA JUGA: Peneliti Ungkap Penyebab Jakarta Tenggelam
Tauhid mengatakan, apabila tambahan penerimaan sekitar Rp600 sampai Rp700 triliun tidak bisa didapatkan, defisit APBN berpotensi lebih lebar dari tiga persen dari PDB pada 2023 mendatang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News