
Pada suatu hari, aku datang ke rumah Bu Lurah Ine, tetapi rumahnya kosong. Ku panggil-panggil namanya dan baru menyahut setelah beberapa kali aku teriak.
“Iya, bentar, Mas. Aku lagi mandi. Tunggu dulu di ruang tamu,” kata Ine.
Aku pun membuka pintu, benar saja, pintu depan tidak terkunci. Tidak lama kemudian, Ine melongok ke ruang tamu dengan hanya memakai handuk.
“Makanannya sudah siap, Mas, tunggu, ya,” katanya.
Aku hanya dibuatnya melongo. Tak kusangka Bu Ine yang tadinya terlihat biasa saja kini menjadi seperti bidadari di mataku.
Makin hari aku makin dekat dengan Bu Ine, dia bahkan sudah memintaku untuk tidak memanggilnya dengan ‘bu’ lagi. Katanya, biar akrab.
Aku pun makin senang. Kadang kala aku berlama-lama di rumahnya. Kami mengobrol dengan akrab. Singkatnya, aku dan Bu Ine saling mengakui bahwa kami saling suka.
Akan tetapi, masih ada satu hal yang ingin aku tanyakan ke Ine. Dia terlihat aneh ketika mengobrol denganku pada malam hari.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News