
GenPI.co - Perkenalkan namaku Annisa Stefanny Maureen Erlangga. Aku berusia 21 tahun dan sedang sibuk mengembangkan bisnis makanan bernama jendela bakery.
Aku merupakan anak perempuan yang sedari kecil sudah dititipkan kepada orang lain lantaran aku hanya memiliki orang tua tunggal.
Sejak ayahku meninggal pada 2012 lalu, ibuku harus berjuang keras untuk menghidupi ketiga anaknya.
BACA JUGA: Kisah Mualaf: Orang Tua Beda Keyakinan, Aku Dapat Hidayah Islam
Perjalanan menjadi mualaf sungguh aku resapi sejak usia dini.
Sebagai anak bontot, aku tidak pernah dikekang oleh ibuku untuk melakukan apa pun, termasuk keputusan menjadi seorang mualaf di usiaku yang masih muda.
BACA JUGA: Kisah Mualaf: Ditinggal Suami, Aku Temukan Keajaiban dalam Islam
Aku memasuki lingkungan muslim bermula di SMP yang merupakan sekolah yayasan islam. Saat di SMK pun, ibuku memberikan dukungan penuh untuk aku sekolah di yayasan islam.
Memiliki orang tua tunggal membuatku kurang perhatian. Hal tersebut yang membuatku mencari perhatian lain dengan cara bercerita kepada lingkungan sekitar sekolahku.
BACA JUGA: Kisah Mualaf: Tak Sabar Menunggu Bedug dan Segelas Teh Manis
Aku tidak bisa memungkiri bahwa mereka semua memberikan perhatian penuh dan baik terhadap aku.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News